Salah satu metode pembelajaran
dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode
yang cukup efektif adalah metode inquiry.
David L. Haury dalam artikelnya, Teaching
Science Through Inquiry, 1993 (dalam Joko Sutrisno, 2008) mengutip
definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry
merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata
lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada
pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu
(Haury, 1993 dalam Joko Sutrisno, 2008).
Inkuiri berasal dari bahasa
Inggris inquiry yang dapat
diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan
ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat
mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata
lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003). Inkuiri sebenarnya
merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang
memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas
pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank, 2000;
Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004).
Secara umum, inkuiri merupakan
proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan
pertanyaan yang relevan, meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain
secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat
untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat
prediksi dan mengko-munikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997; NRC, 2000). Menurut
Hacket, (1998) di dalam Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat,
inkuiri digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiry) oleh guru dan sebagai
materi pelajaran sains (science as inquiry) yang
harus dipahami dan mampu dilakukan oleh siswa. Sebagai strategi pembelajaran,
inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga
dapat membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan
kegiatan inkuiri oleh siswa. Sedangkan sebagai bagian dari materi pelajaran
Biologi, inkuiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat
melakukan penyelidikan ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut, Chiapeta &
Adams (2004) menyatakan bahwa pemahaman mengenai peranan materi dan proses
sains dapat membantu guru menerapkan pembelajaran yang bermula dari pertanyaan
atau masalah dengan lebih baik.
Meskipun sudah cukup banyak
bukti-bukti yang menunjukkan keunggulan inkuiri sebagai model dan strategi
pembelajaran, dewasa ini masih banyak guru yang merasa keberatan atau tidak mau
menerapkannya di dalam kelas. Kebanyakan guru dan dosen masih tetap bertahan
pada strategi pembelajaran tradisional, karena menganggap inkuiri sebagai suatu
strategi pembelajaran yang sulit diterapkan (Straits & Wilke, 2002).
Meskipun demikian, di dalam kurikulum 2004 dan standar isi dari BSNP (Badan
Standar Nasional Pendidikan) juga mencantumkan inkuiri dalam hal ini Metode
Ilmiah baik sebagai proses maupun sebagai produk yang diterapkan secara
terintegrasi di kelas. Negara lain seperti Amerika Serikat, Standard Nasional
Pendidikan Sains (1996), di sana menekankan agar semua pendidik dalam bidang
sains pada seluruh jenjang pendidikan untuk menerapkan kegiatan berbasis
inkuiri dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam bidang sains.
Inkuiri dapat diartikan sebagai proses yang ditempuh manusia untuk
mendapatkan informasi atau untuk memecahkan suatu permasalahan. Model
pembelajaran inkuiri didefinisikan Piaget (Sund dan Trowbridge: 1973 dalam Joko
Sutrisno, 2008) sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi,
ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban
atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain. (Sidharta,
2007 dalam Joko Sutrisno,
2008)
Inkuiri adalah suatu kegiatan atau penelaahan sesuatu dengan cara
mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir dan penalaran
secara teratur, runtut dan bisa diterima oleh akal. Kegiatan inkuiri dapat
dilakukan secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik
dilakukan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar
guru dengan murid, dan sebagainya.
Alasan rasional penggunaan
metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai Sains dan akan lebih tertarik terhadap Sains jika mereka dilibatkan
secara aktif dalam "melakukan" Sains. Investigasi yang dilakukan oleh
siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan
untuk memahami konsep-konsep Sains dan meningkatkan keterampilan proses
berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari
proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990 dalam Joko Sutrisno, 2008). Metode
inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan
prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993
dalam Joko Sutrisno, 2008)). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode
inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman
proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary
dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan
bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam
diri siswa.
Metode inquiry merupakan
metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada
diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan
metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah
memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun
dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas
guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi
intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi
(Sagala, 2008).
Dalam pelaksanakan pendekatan
inkuiri dalam pembelajaran, menurut Syaiful Sagala memerlukan syarat-syarat
sebagai berikut: (1) guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk
diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang
siswa/problematika) dan sesuai dengan daya nalar siswa; (2) guru harus terampil
menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan; (3) adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup; (4) adanya
kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi; (5) partisipasi setiap
siswa dalam setiap kegiatan beajar; dan (6) guru tidak banyak campur tangan dan
intervensi terhadap kegiatan siswa.