Sabtu, 14 Mei 2011

Pemilihan Obat saat Kehamilan

Bagi pasangan suami istri, kehamilan merupakan saat-sat yang dinantikan, ditunggu-tunggu dan sekaligus saat yang menegangkan. Apalagi oleh pasangan yang baru saja menikah.
Pada masa-masa kehamilan, perjalanan tidaklah semulus yang kita bayangkan. Adakalanya, sang istri / wanita yang sedang hamil menderita sakit yang butuh diobati.
Pada saat seperti ini, anda yang sedang hamil, istri anda yang sedang hamil yang ekstra hati-hati dalam memilih untuk melakukan pengobatan. Mengapa demikian ?
baca selengkapnya..........
Sebab, hampir semua obat dapat melalui plasenta. Untuk itu, disarankan agar anda mempertimbangkan langkah-langkah di bawah ini sebelum memberikan obat ( Arif Mansjoer, 2001).
1. Anda harus ingat bahwa tidak ada obat apapun yang 100% aman untuk janin anda
2. Obat sebaiknya diresepkan selama kehamilan hanya jika keuntungan pada ibu lebih besar daripada resiko yang diterima oleh janin. Dan semua obat harus dihindari ( jika mungkin ) selama trisemester pertama masa kehamilan
3. Efek farmakologi yang ditimbulkan oleh obat pada ibu hamil bisa berbeda dengan efek pada janin
4. Obat-obatan tertentu ( seperti : stilboestrol ) mungkin mempunyai efek negatif belakangan terhadap janin
5. metabolisme obat pada kehamilan sangat lebih lambat jika dibandingkan pada saat tidak hamil
6. obat teratogenik yang tidak diketahui ( semisal : sitotoksik ) sebaiknya diberikan pada wanita pada masa subur yang menggunakan kontrasepsi yang dapat dipercaya
7. efek obat tertentu ( seperti kloramfenikol ) lebih bertahan lama dalam janin daripada ibu
8. Pengalaman penggunaan obat selama masa kehamilan terbatas.
Itulah beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan saat kehamilan dijumpai adanya penyakit pada wanita hamil.
Jika anda tidak begitu yakin terhadap langkah yang anda ambil secara mandiri. Saran terbaik dari saya, konsultasikan masalah kesehatan anda pada dokter specialis kandungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar