Kamis, 23 Februari 2012

Cara Memberikan Makanan Tambahan pada Bayi

Di usia 6 bulan pertama, makanan terbaik bagi bayi adalah ASI ( Air Susu Ibu ). Menurut pakar kesehatan, ASI jauh lebih baik daripada makanan ataupun susu formula lainnya. Selain karena kandungan nutrisi di dalamnya, ASI juga mengandung berbagai macam substansi yang mampu melindungi bayi dari infeksi berbagai macam penyakit. Oleh sebab itulah, para pakar menyarankan agar ibu hanya memberikan ASI pada bayi berusia 0 s/d 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan lainnya ( dikenal dengan istilah “ ASI Eksklusif” ). Meskipun dalam kondisi tertentu yang bersifat individual bayi maupun ibu menyusui, bayi boleh diberikan makanan pendamping ASI ( MPASI ) setelah bayi berusia 4 bulan.

Bagaimana setelah lewat 6 bulan ? 

Setelah usia bayi melewati 6 bulan ASI tetap harus diberikan. Bahkan dalam ajaran Islam, setiap ibu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI nya selama masa 2 tahun usia bayinya dan setelah itu baru menyapihnya.
Mengingat dengan bertambah usia, bertambah juga laju metabolisme tubuhnya dan pertumbuhannya maka setelah melewati masa 6 bulan pertama bayi harus menerima asupan makanan tambahan selain ASI. Namun karena berbagai faktor penyebab ( entah faktor pengetahuan, ekonomi, kesibukan di luar rumah , dll ), banyak ibu yang memiliki balita kurang memperhatikan masalah pemberian makanan tambahan kepada balitanya. Oleh karena itu perlu sekali adanya sosialisasi tentang masalah pemberian makanan tambahan ini khususnya kepada para ibu yang memiliki balita.
Paling tidak, para ibu balita mengetahui “strategi” agar makanan tambahan yang mereka berikan kepada balitanya tepat sasaran. Menggunakan istilah keren “ efektif dan efisien “.
Beberapa Ahli Gizi, memberikan arahan mengenai cara-cara yang seharusnya dilakukan dalam pemberian makanan tambahan kepada balita.

Pertama, memberikan makanan tambahan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit dan bertahap. Diberikan mulai dari bentuk yang encer, dilanjutkan ke bentuk yang lebih kental. Baru kemudian diberikan dalam bentuk yang lebih kasar. 

Kedua, memberikan jenis makanan tambahan satu persatu jangan dicampur aduk dengan berbagai jenis pada setiap satu kali penyajian. Sambil diperhatikan apakah jenis makanan tersebut dapat diterima oleh lidah maupun sistem pencernaan bayi. Perhatikan juga jenis-jenis makanan yang paling disukai bayi, dan jenis makanan yang tidak disukainya. Ini tentu bersifat relatif antara bayi satu dengan bayi lainnya.
Ketiga, memperhatikan tata urutan pemberian makanan. Urutan pemberian makanan tambahan adalah dimulai dengan buah-buahan, tepung serealia, sayuran dan daging yang penyajiannya dapat dalam bentuk dijus atau digerus. Sementara itu, makanan yang yang menimbulkan alergi diberikan paling akhir. Atau kalau ibu khawatir dengan bayinya, makanan tersebut tidak usah diberikan atau diberikan dalam porsi minimal.
Keempat, tidak “memaksa” bayi sewaktu memberikan makanan tambahan karena hal ini bisa mempengaruhi perkembangan emosionalnya. Jika bayi tidak mau makan, pelajari apa penyebabnya.Mungkin bayi baru saja menyusu, atau bosan dengan menu yang itu-itu saja, atau mungkin juga dia tidak suka dengan jenis makanannya.

Kelima, memberikan makanan tambahan secara teratur tidak semau dan sesempatnya ibu.Memang sebaiknya, memberikan makanan pada bayi ketika dia lapar. Hanya masalahnya terkadang ibu tidak tahu kapan bayinya lapar. Yang paling sering dijadikan patokan adalah ketika bayinya menangis maka ibu akan menyusui atau memberinya makan. Padahal tidak selamanya seperti itu. Hal ini juga mendidik bayi untuk belajar disiplin.

Cara-cara tersebut tentu membutuhkan ketelatenan dan kesabaran sang ibu. Apalagi jika ibu harus bekerja di luar rumah yang waktunya bisa setengah hari penuh, sehingga ibu bayi harus memenej waktunya dengan tepat. Sehingga bayi tetap terperhatikan , kerjaan tidak terlantar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar